Mungkin masih
menjadi pertanyaan dalam benak kita, sebenarnya buat apa sih hidup? Cuma buat
senang-senang kumpul bareng teman, terus menghabiskan waktu dengan canda tawa
sampai lupa segalanya? Begitu? Tentunya bukan. Kita harus sadar ada banyak
tugas dibalik itu semua, tentang apa yang kita lakukan itu.
Setelah
segalanya yang saya sadari, tujuan utama penciptaan manusia oleh Allah itu-sekaligus
menjadi pedoman hidup-adalah beribadah dan menjadi seorang Khalifah atau
penguasa di muka bumi ini. Tentu kita semua sudah tahu, hidup di dunia ini
hanya sementara. Kita akan kembali ke kampung akhirat yang kekal disana.
Pilihannya ada dua, ya surga ya neraka. Diantara kedua itu yang mana yang akan
kita dapat, sesuai dengan perbuatan apa yang kita lakukan saat ini.
Tetapi,
ternyata tak hanya kedua itu saja. Logikanya, apa iya orang yang semasa
hidupnya hanya sholat, sholat, dan sholat tanpa melakukan apapun-termasuk
makan, minum, istirahat-setelah meninggal dunia akan masuk surga? Jawabannya
tidak. Karena itu sama saja dengan bunuh diri. Tapi kan ada ibadah yang lain yang amalannya jauh lebih besar? Hey!
Tetap tak cukup. Pikirkan kembali, kita menginginkan hal yang tingkat
kebahagiaannya luar biasa tapi perjuangan kita sedikit. Cuma ibadah saja. Layak
kah?
Oke, sekarang
sudah beribadah lalu menjadi seorang khalifah atau pemimpin. Tentunya ada
perjuangannya. Karena menjadi seorang pemimpin itu tak mudah. Apalagi dengan
dibarengi ibadah yang luar biasa ektrim taatnya. Menjadi orang yang bukan apa-apa
saja, untuk beribadah saja sangat sulit. Jawabannya, tetap saja tak cukup.
Ingat, tak semua pemimpin itu adil. Bahkan pemimpin yang adil pun bisa saja
melakukan kesalahan. Nah, kesalahan sekecil apapun saat menjadi pemimpin
pertanggung jawabannya sangat besar. Tak akan cukup jika hanya ditutupi dengan
ibadah.
Untuk itu, apa
sih tujuan utama dari hidup atau penciptaan manusia? Oke, ada baiknya kita
lihat sejarah terlebih dahulu. Allah tidak serta merta menciptakan manusia
dengan tanpa pembimbingnya. Bahkan Nabi Adam a.s pun sebelum turun ke bumi,
dilatih terebih dahulu di surga. Nabi Ibarahim a.s lahir ditengah masyarakat
yang tingkat kemusrikannya sangat tinggi. Nabi Musa a.s saat dewasa harus
melawan raja paling dzalim yang dengan sombongnya mengaku dirinya sebagai
Tuhan. Nabi Muhammad s.a.w harus lahir ditengah masyarakat yang sangat
jahil-bodoh. Sekarang, coba kalian pikirkan apa tujuan Allah mengutus para
Rasul itu? Apakah hanya sebagai pemberi contoh saja? Jawabannya tentu bukan.
Lihat Nabi
Ibrahim a.s yang dengan cerdasnya, ia tak percaya akan berhala. Justru ia
menghancurkan berhala dan dengan cara yang cerdik pula. Ia dipilih menjadi
Rasul karena kecerdasannya berpikir, bukan karena takdirnya. Begitupun dengan
Nabi Muhammad s.a.w bukan karena takdirnya. Jika emang karena takdirnya, tentu
sudah sejak lahir ia menjadi Rasul. Namun kenyataannya tidak, ia menjadi Rasul
setelah usianya mencapai 40 tahun. Alasannya pun karena kecerdasannya,
akhlaknya yang disebut-sebut sebagai Al-Quran berjalan, dan masih banyak lagi
kemuliaan yang lainnya. Bahkan, jika ada manusia yang lebih baik dari dirinya,
Allah akan memilih manusia yang lain. Itulah, mereka adalah orang-orang pilihan
yang terbaik pada masa itu. Namun ingat, pada masa ini tidak akan ada nabi lagi
karena Nabi Muhammad s.a.w adalah nabi penutup dari seluruh nabi, jadi TIDAK
AKAN ADA NABI LAGI.
Baik, apa yang
bisa kita ambil dari kisah diatas? Bahwasanya pengangkatan Rasul bukan karena
takdir tetapi karena perilaku mereka saat itu yang sangat mulia. Lalu, mereka
diutus ditengah masyarakat yang buruk perilakunya, moralnya, akhlaknya, dsb.
Tugas mereka adalah MENCIPTAKAN MASYARAKAT YANG THOYYIBAH-seimbang. Misalnya
saja, Nabi Muhammad s.a.w yang sukses mengubah masyarakat yang sangat
jahilliyah menjadi saat ini yang sangat bermoral dan akhlaknya sangat baik.
Oleh karena itu, Michael Heart dalam bukunya menyebutkan dari 100 orang paling
berpengaruh di dunia menempatkan Nabi Muhammad s.a.w dalam urutan pertama.
Karena dalam 23 tahun dengan seorang diri bisa membangun peradaban baru yang
tadinya sangat rusak moralnya menjadi saat ini yang kita rasakan, sangat baik
akhlaknya.
Sekarang sudah
jelas, untuk mengetahui untuk apa kita diciptakan kita bisa merajuk pada para
Rasul. Tentunya, mereka sangat rajin dalam beribadah bahkan perintah ibadah
pertama turun melalui dirinya tentu kualitasnya pun tak akan ada yang bisa
mengalahkannya. Lalu menjadi khalifah, pemimpin umat yang beriman pada Allah.
Khalifah tak harus menjadi seorang raja. Tetapi dalam memaknainya adalah
pemimpin. Yang mereka lakukan, dengan perintah Allah yaitu menciptakan
masyarakat thoyyibah. Merubah citra buruk masyarakat agar menjadi lebih baik
lagi.
Oke, itu tadi sedikit gambaran dari penciptaan manusia. Untuk yang mengembangkan masyarakat Thoyyibah akan dibahas kembali agar lebih dalam memahaminya. Sekian terima kasih sudah membaca..
