Saturday, December 5, 2015

Benih-Benih Cinta

#Chapter 1

Rama sangat meyakini bahwa setiap cinta tak akan pernah berpaling ke lain hati. Itu yang menjadi motivasinya dalam merajut benang-benang cinta dalam hatinya. Bunga selalu bermekaran dalam relung jiwanya. Akalnya tak lagi sehat. Cinta, cinta, cinta selalu merasuki pikirannya.

Wanita pujaannya lah yang menjadikannya seperti ini. Namun, pujaan tetaplah pujaan. Wanita itu hanya menjadi impiannya semata. Iya, ia sadar akan segalanya. Fisik dan finansial tak sejalan dengan impiannya itu. Wajah klasik seperti orang tahun orde lama, tak pantas dengan putri kahyangan sepertinya.

Hanya bermodalkan sikap yang baik dan perhatian ditambahkan dengan sedikit keberanian, ia coba dekati pujaan hatinya itu. Jalan nan jauh iya tapaki. Lautan nan dalam ia selami. Gunung nan tinggi ia taklukan. Asal dirinya bisa mengobrol dengan Sinta, pujaan hatinya itu walau hanya beberapa detik saja.

Sinta berparas seperti bidadari. Tubuhnya tinggi seperti model papan atas. Begitupun badannya, sangat proporsional. Bisa dibayangkan seperti Raisa. Begitulah biasanya Rama menjadikannya sebagai bahan obsesinya.

Berbalik dengan Rama. Seorang yang memiliki paras yang tak tampan, namun tak jelek pula. Bisa dibilang kelas menengah. Menengah ke bawah lebih tepatnya. Rambutnya yang klimis, kacamata bulat dan tubuhnya yang gempal, semakin menjauhkan jarak diantara mereka.

Seolah dipertemukan oleh Tuhan. Bayangnya seperti kisah Rama dan Shinta. Namun, yang lebih tepat adalah “Beauty And The Beast!” Celoteh seorang kawan akrabnya, Rini. Rini adalah sahabat karib Rama. Hampir tiap hari mereka bersama. Bahkan, hampir seperti sepasang kekasih. Iya, ‘teman rasa pacar’. Mungkin itu yang bisa tergambar dari kebiasaan mereka.

Rini memiliki wajah yang tak terlalu buruk untuk dipandang mata. Wajahnya manis, layaknya Putri Kerajaan Solo. Senyumnya bisa membuat getar hati laki-laki. Inilah yang menjadi ciri khasnya. Mungkin hanya Rama saja yang tidak bergetar, karena hatinya sudah tertutup oleh Sinta, yang jika dibandingkan dengan Rini bagai seorang Putri Indonesia.

Rini memiliki sifat yang baik. Khususnya pada Rama. Entah apa yang dimaksudkan Rini bisa sampai sebegitu spesial Rama dimatanya. Mungkin kedekatannya itu yang menjadi satu-satunya alasan. Padahal Rama sering sekali curhat masalah cintanya pada Rini. Iya, Rini tentu saja membantunya.

♥ ♥ ♥

“Rin, boleh minta tolong gak?” tanya Rama dengan raut wajah yang murung.

“Apaan? Masalah Sinta lagi nih? Kenapa sih Ram?”

“Minggu depan kan Sinta ulang tahun. Nah, gua diundang nih. Kira-kira gua harus kasih kado apa ya?” tanyanya sambil membolak-balikan isi dompetnya.

“Yaampun, gitu doang lo bingung. Gampang kali. Cewek mah dikasih ucapan dan doa aja udah seneng ahahaha..” Kata Rini dengan tawa mengejek.

“Yeee.. Itumah lu kali. Mana ada cewek secantik Sinta mau kalo cuma dikasih gituan doang. Yang ada gua yang malu. Ah lu mah gak serius ngasih sarannya.”

“Yaudah, kalo gitu lo kasih pelukan dan ciuman terbaik yang pernah lo kasih deh. Dijamin, pasti seru tuh. Dan gak bakal buat malu.” Ujarnya dengan wajah yang sok serius.

“Hah?! Gila lu? Yang ada gua di blacklist. Dari daftar temannya dan calon ayah dari anak-anaknya ahaha..” Jawab Rama dengan candaannya.

Begitulah jika Rama suda mengobrol dengan Rini. Selalu tak tentu arah dan kejelasannya. Itulah mengapa Rini sangat senang bermain-main dengan Rama. Kenyamanan yang telah terbangun. Itulah yang sulit didapat dari suatu hubungan pertemanan.

Namun dilain sisi, hati Rini berucap lain. Hati Rini sering berbatin tak tentu arah ketika membicarakan masalah Sinta dengan Rama. Rini sering sekali merasa kasian pada Rama. Rama sangat mencaintai Sinta, namun Rama jelas tak tahu apa isi hatinya Sinta. Hanya menerka-nerka. Itu lah yang menjadi senjata utamanya.

Seandainya lo tau Ram, apa yang ada di dalam hati gue...


Nah, masih kepotong tuh kalimatnya. Kira-kira apa ya lanjutannya? Sebenarnya, perasaan Rini pada Rama selama ini apa? Apakah benih-benih cinta tumbuh diantara mereka berdua? Kita tunggu saja kisahnya minggu depan. Byeeeee...

No comments:

Post a Comment