Tuesday, June 7, 2016

Kisah Inspirasi : Muhammad Ali Clay - Sang Juara Petinju Dunia yang Memulai Karirnya Karena Kehilangan Sepeda


Muhammad Ali dalam puncak karirnya, merupakan pria yang paling terkenal di planet bumi.
Bakat tinjunya makin berkembang karena kepercayaan dirinya yang sangat besar.

"Saya adalah yang terhebat," kata dia, dan siapa yang bisa meragukan seorang pria yang memenangkan gelar juara dunia kelas berat selama tiga kali.

Dia terkenal lantang mendukung hak-hak sipil yang membuatnya dicintai oleh jutaan orang di dunia.
Di masa hidupnya, Ali pernah ditanya bagaimana dia ingin dikenang. Dan ia menjawab bahwa ia ingin dikenang "Sebagai seorang pria yang tidak pernah menjual kaumnya. Tetapi jika itu terlalu berlebihan, maka (kenanglah) sebagai seorang petinju yang baik. Saya tidak akan keberatan jika Anda tidak menyebutkan bagaimana gantengnya saya."

Kehilangan sepeda
Ali lahir dengan nama Cassius Marcellus Clay di Louisville, Kentucky, pada 17 Januari 1942, anak seorang pelukis reklame. Dia diberi nama berdasarkan nama seorang pejuang penghapusan perbudakan yang terkenal pada abad ke-19.
Ketika dia berusia 12 tahun, dia melaporkan kehilangan sepeda, dan mengatakan kepada seorang petugas polisi bawah dia ingin 'menghajar' pencurinya.
Image captionMuhammad Ali menderita parkinson setelah menggantung sarung tinju.
Petugas polisi, Joe Martin, yang melatih para petinju kanak-kanak di sebuah pusat olahraga lokal, menyarankan bocah ini untuk belajar tinju terlebih dahulu sebelum dia menantang si pencuri.
Clay dengan cepat berlaga di ring, dan memulai debutnya pada 1954 dalam sebuah pertandingan amatir yang berlangsung selama tiga menit.

"Dia berhasil karena dia memiliki tekad yang lebih tinggi dibandingkan sebagian besar anak lain," kata Martin. "Dia merupakan pekerja paling keras dibanding anak-anak lain yang pernah saya latih."
Selama lima tahun, karir amatirnya berkembang dan dia menang di berbagai kejuaraan Golden Gloves Tournament of Champions pada 1959.

Pada 1960 dia terpilih masuk dalam tim AS untuk Olimpiade Roma. Awalnya dia menolak pergi karena dia takut terbang. Akhirnya dia pun pergi dengan membawa parasut bekas dan menyiapkannya selama penerbangan, menurut anak laki-laki Joe Martin. Tidak sia-sia. Pada 5 September 1960, dia mengalahkan petinju Polandia Zbigniew Pietrzykowski untuk menjadi juara Olimpiade di kelas berat ringan.

Dia mendapat sambutan sebagai pahlawan ketika timnya kembali ke New York, tetapi ia dihadapkan pada masyarakat AS yang terbelah ketika kembali ke kampung halamannya di Kentucky: ia ditolak masuk sebuah restoran.

Dalam otobiografinya di tahun 1975, Ali mengklaim bahwa dia melempar medali Olimpiadenya karena jijik tetapi kemudian dia mengungkapkan medali itu hilang setahun setelah kembali dari Roma.

Habis-habisan
Meski baru berusia 18 tahun, dia bergabung dengan tinju berbayar dan kemudian memulai karir profesionalnya di tahun yang sama dengan kemenangan angka enam ronde dari Tunney Hunsaker, seorang kepala polisi dari West Virginia.

Penghargaan
Ali dikenal sangat dermawan, meski diperkirakan dia menghasilkan uang lebih dari $60 juta dollar dari ring tinju, tetapi pada 1979, hartanya tak banyak. Bisa jadi itu merupakan salah satu alasannya untuk tidak mundur dari ring tinju, tetapi dia kalah dan gelar juaranya pindah ke mantan rekan latihannya Larry Holmes di Las Vegas pada 1980. Ali kemudian kembali bertanding melawan petinju Kanada Trevor Berbick pada Desember 1981, dan setelah kalah angka, akhirnya dia pun menggantung sarung tinju di usia 40 tahun.

Image captionMuhammad Ali membawa obor sebelum menyalakan menara Olimpiade Atlanta 1996.

Setelah itu muncul berbagai kabar tentang kesehatannya. Dia cadel ketika berbicara, berjalan dengan menyeret kaki dan seringkali tampak mengantuk. Ali didiagnosa menderita Parkinson, tetapi dia terus bepergian untuk memenuhi berbagai undangan di sejumlah negara.

Sejumlah penghargaan pun diberikan kepada Muhammad Ali, pada 2005, dia mendapatkan dua penghargaan sipil tertinggi di AS - Presidential Citizens Medal dan Presidential Medal of Freedom - atas teladan yang diberikan kepada negara.

Di tahun yang sama dia tampil dalam pembukaan lembaga non-profit Muhammad Ali Center di Louisville, Kentucky, yang mempromosikan perdamaian, tanggung jawab sosial dan penghormatan.
Sepanjang 21 tahun karirnya, Muhammad Ali membukukan 56 kemenangan dengan 35 KO dan lima kali kalah. Salah satu pertandingannya berlangsung di jakarta, saat mengalahkan juara Belanda, Rudie Lubers, tahun 1973.

http://www.bbc.com/indonesia/olahraga/2016/06/160604_olahraga_muhammad_ali_obituari


No comments:

Post a Comment